Belajar dari Pelanggan

Setiap pelanggan sebenarnya adalah istimewa, tapi saya punya seorang pelanggan yang membuat saya kagum.

Pelanggan saya ini adalah seorang ibu muda dengan dua orang anak. Pertama kali berkunjung, ibu ini atau sebut saja Mbak Suci, datang dengan tergesa-gesa tapi juga tampak bersemangat. Bersama anak sulungnya yang kira-kira berumur 5 tahun dan menunggu di luar, Mbak Suci yang ternyata juga pedagang rumahan seperti saya hanya bedanya sebagian besar berdasarkan pesanan, membeli 3 potong jilbab. Tentu saja pembelian sejumlah itu diskon yang bisa saya berikan minimum, tapi sungguh tidak mengurangi semangatnya.

Kedatangan kedua Mbak Suci inilah yang membuat hati saya kagum padanya. Malam itu selepas hujan deras yang diikuti banjir dan tanah longsor di beberapa tempat di Balikpapan yang diantaranya dinyatakan sebagai bencana nasional, Mbak Suci datang dengan mengendong bayinya yang masih berusia 4 bulan! Di antara remang-remang lilin dan lampu darurat kami yang tidak terlalu terang, beliau memilih produk yang akan dibelinya. Tetap dengan semangat! Padahal dalam kondisi listrik padam selepas hujan dan banjir, hal yang menyenangkan adalah di rumah saja. Tapi tidak dengan ibu hebat ini.

Di kedatangan ketiga, Mbak Suci bercerita agak banyak di sela ketergesa-gesaannya memilih produk. Rumah Mbak Suci tak sampai 1 kilometer dari rumah saya dan masih di jalan raya yang sama. Dengan jarak yang relatif dekat itu Mbak Suci bisa menjual jilbab lebih dari 30% dari harga jual saya. Cash! Jika kredit tentu saja lebih mahal lagi. Menurut saya, hal ini hebat bukan karena keuntungannya tapi beliau tetap percaya diri menawarkan produk yang dibeli dekat dengan rumahnya dengan harga jauh lebih mahal. Mbak Suci mengingatkan saya pada tulisan-tulisan Pak Hadi di blognya tentang pebisnis pemula yang stress melihat pesaingnya menawarkan harga yang lebih rendah. Wah, berarti Mbak Suci termasuk pebisnis dengan mental yang baik. Pelajaran bagus dari seorang pelanggan.

Komentar

Postingan Populer