REAKSI ISTRI

Dulu, jaman masih gadis, saya pernah membaca sebuah cerpen di sebuah majalah wanita.
Cerpen itu tokoh utamanya adalah seorang istri yang suaminya berselingkuh.
Dalam cerita itu, ketika Sang Istri menemukan kenyataan bahwa suaminya berselingkuh, ia berusaha menahan diri dan diam.
Ia mengatur cara menghadapi masalah itu dengan tenang.
Suatu hari Sang Istri membuat janji diam-diam agar bisa bertemu bertiga dengan suami dan selingkuhannya di suatu tempat.
Sang Istri mengajak berbicara bertiga dengan tenang.
Mungkin tepatnya, Sang Istri berusaha tetap tenang.
Dalam cerita itu, dipaparkan bahwa istri berpikir bahwa, seorang yang melakukan kesalahan seperti suami yang berselingkuh, pasti lebih siap jika istri mengamuk marah dibandingkan dengan istri yang menghadapi perselingkuhan suaminya dengan tenang.
Begitu pula perempuan selingkuhannya.
Reaksi tenang itu bisa jadi tak pernah dibayangkan oleh Sang Suami maupun pihak ketiga.
Yang dibayangkan suami adalah kemarahan istri saat ketahuan.
Maka ketika Sang Istri bersikap tenang saat tiba-tiba menyatakan bahwa ia tahu perselingkuhan mereka, suami kehilangan kata.
Tak tahu harus apa.
Sang istri jadi punya ‘posisi tawar’ yang lebih baik.
Begitu kisah cerpennya.
Mungkin bisa diambil sesuatu dari cerita itu.
“Ah, itu kan cuma cerpen.
Kalau mengalami sendiri, belum tentu reaksinya seperti itu.”
Entahlah, saya tak mau membayangkan hal-hal seperti itu.
Tapi, sebagai istri, penting menjaga harga diri, kehormatan dan berusaha untuk menumbuhkan bahagia.
Masih panjang hidup yang harus dijalani.
Penting untuk tidak reaktif agar bisa bertindak tepat dan logis.
Semoga tak ada lagi yang mengalami hal-hal di luar koridor agama seperti ini.
______________
Sheila Banun, sekadar menulis.

Komentar

Postingan Populer