PEMBERIAN



Tadi malam, Si Kakak pulang dari kegiatannya dan berkata,

“Bunda, jangan marah ya. Janji ya jangan marah. Betul lho, jangan marah.”

Emak grogi dong.
Anak pulang kalimat pembukanya begitu.
Emak menyimak sambil berlagak tenang.
“Kemarin pas mas main Rubik, Miss tanya, Ini rubiknya Z ya?
Terus Mas bilang, ya.
Mau beli baru, belum cukup tabungannya, Miss.
Terus tadi Missnya bilang, Ini buat Z, dikasih anaknya Miss.
Terus Mas Z bilang, nggak apa-apakah, Miss?
Mas Z jadi nggak enak.
Tapi seneng juga.”
Sepertinya, Miss nya kasihan melihat kondisi Rubik Z yang mengenaskan.
Ada tambalan potongan lakban pula.
Emaknya tega ya, Rubik saja tak dibelikan.
Tapi, kami memang punya kesepakatan tentang itu.
Dan tentang kekhawatiran emaknya marah, itu adalah tentang apa yang biasa emak pesankan, jangan bermudah-mudah dengan pemberian dari orang lain.
Saya teringat komentar seorang kerabat tentang anak-anak bapak saya,
“Anak-anaknya Bakir itu gengsinya tinggi.”
Begitu menurut mereka.
Mereka mungkin heran, kami miskin tapi membatasi diri dari berharap bantuan orang lain.
Kecuali benar-benar terpaksa.
Bukan tentang gengsi, tapi tentang memaksimalkan usaha sendiri.
Biidznillah.
I Love you, Dad.
Padamu aku belajar menghargai diri sendiri dan tak menggantungkan harapan pada manusia.
Semoga menjadi amal bagimu.

Komentar

Postingan Populer