Salah. Hapus. Salah Hapus.
Komentar.
Baca ulang.
Mikir.
Kok rasanya nggak baik ya komentarnya?
Hapus.
Baca ulang.
Mikir.
Kok rasanya nggak baik ya komentarnya?
Hapus.
Posting status.
Baca ulang.
Mikir.
Kok rasanya melukai ya tulisannya?
Hapus.
Baca ulang.
Mikir.
Kok rasanya melukai ya tulisannya?
Hapus.
Bikin dosa.
Diingat-ingat.
Mikir.
Kok rasanya merasa bersalah dan menyesal ya?
Hapus?
Siapa yang mau hapus?
Yang catat kan malaikat.
Diingat-ingat.
Mikir.
Kok rasanya merasa bersalah dan menyesal ya?
Hapus?
Siapa yang mau hapus?
Yang catat kan malaikat.
Istighfar?
Tapi kok berulang terus salahnya?
Tapi kok berulang terus salahnya?
Itu komentar dan status di dinding media sosial mudah saja menghapusnya, tapi di catatan malaikat?
Seharusnya, mikir dulu baru ketik-ketik.
Bukan ketik-ketik dulu, baru mikir.
Menghapus catatan malaikat tak semudah menghapus tulisan di media sosial.
Bukan ketik-ketik dulu, baru mikir.
Menghapus catatan malaikat tak semudah menghapus tulisan di media sosial.
Ayo berubah!
Ayo menjadi lebih baik!
Ayo bertaubat!
Ayo menjadi lebih baik!
Ayo bertaubat!
Komentar
Posting Komentar
Silakan berkomentar