Ingin vs Syukur

Sempat berseliweran kutipan berikut,
"Hidup yang kau keluhkan, kadang adalah hidup yang orang lain inginkan."
Coba kita ubah sedikit redaksionalnya.
"Suami yang kau keluhkan, barangkali adalah suami yang orang lain inginkan."
Kalau cuma tak bisa merangkai kata bak puisi,
atau cuma tidur mendengkur,
atau seperti sebuah keluhan yang dulu pernah saya dengar,
"Ketika menikah, mulai kelihatan ya bagaimana aslinya suami. Saya nggak suka orang yang suka melempar gayung ke tengah bak. Ternyata, suami saya suka begitu."
('Resiko' tempat bekerja saya dulu, jadi tempat curhat).
Sebagai manusia biasa, tak ada suami yang sempurna.
Tapi, tak ada pula istri yang sempurna.
Sepanjang itu bukan hal-hal prinsip, abaikan saja.
Berhati-hatilah mengeluh.
Jangan sampai kita digolongkan sebagai manusia yang kufur nikmat.
Mari bersyukur!

Komentar

Postingan Populer