Mengapa Harus di Bulan Ramadhan?

Kesibukan saya melipat dan mengemas jilbab-jilbab dagangan saya lewat tengah malam itu terhenti sejenak oleh tayangan sebuah berita di pesawat televisi tua saya yang kabur dan tanpa suara. 'Teman begadang' saya menayangkan kerusuhan di Rusun Pulomas dengan sangat nyata bahkan di pesawat televisi yang gambar tayangannya sudah menguning itu. Yah, tiba-tiba saja televisi yang sangat jarang menyala di rumah saya membuat hati saya sangat pilu, sedih sekali. Ekspresi sedih, marah, kecewa bahkan putus asa tampak sangat jelas di wajah mereka walaupun saya tak bisa mendengar jerit tangis yang menyertainya. Mereka memperjuangkan tempat bernaung dari panas dan hujan untuk diri mereka sendiri dan orang-orang tercinta.

Berpindah-pindah dari satu rumah kontrakan ke rumah kontrakan lain saja rasanya kurang nyaman, apalagi harus dipaksa pindah? Dengan kekerasan pula! Apalagi sebagian dari mereka sedang menjalankan ibadah puasa. Saya tak mengerti apa yang ada di hati sang penguasa? Tak cukupkah lapar dan haus jadi teman kaum miskin? Haruskah hadiah lebaran mereka adalah pengusiran paksa dengan kekerasan? Tak bolehkah mereka beribadah dengan tenang? Mengapa harus di Bulan Ramadhan? Saat kita seharusnya berbagi kasih.

Komentar

Postingan Populer