Saat 'Nanti' Berbuah Dusta

Jum'at siang lalu, Zaki bersama dua orang temannya bermain di kubangan lumpur dekat rumah.
Kedua orang temannya itu tinggal di blok yang berbeda dengan kami.

Menjelang sore, salah satu teman yang tinggal di blok yang agak jauh dari blok kami dijemput ayahnya dengan mengendarai sepeda motor, sehingga sepeda angin milik si anak ditinggal di rumah kami.

Dua hari kemudian, hari minggu selepas ashar, sang ayah kembali bersama anak tersebut untuk mengambil sepeda anginnya.
Saat itu saya sedang berkebun di belakang rumah, jadi hanya Zaki yang menemui mereka.

(Mungkin) dengan maksud berbasa-basi, ayah teman Zaki berkata,"Nanti aja X main lagi, yaaaa."
Zaki mengiyakan.

Lalu Zaki menunggu kata 'nanti' itu.
Menunggu.
Dan menunggu.

Hingga menjelang senja, kata 'nanti' itu tak terjawab.
Padahal Zaki, seorang anak kecil dengan definisi kata 'nanti' yang dimilikinya, sedang menunggu.
Zaki mondar-mandir dari teras depan ke halaman belakang rumah.
Tapi tak juga muncul sosok teman yang ditunggunya.

Akhirnya Zaki mendekati saya dan berkata,"Bunda, Mas Zaki tahu kenapa X suka berbohong."
"Kenapa, Nak?" tanya saya.
"Karena ayahnya suka bohong," jawab Zaki menyimpulkan.

Oh,
Saya tercenung.
Sebuah aliran panas serasa merambati wajah saya.
Sebuah peringatan dari mulut seorang anak.

Betapa mudahnya orang dewasa mengatakan 'nanti' pada anak-anak.
Kata 'nanti' yang dinanti, dicerna, dan disimpulkan sebagai dusta dalam benak seorang anak.
Kata 'nanti' yang sering begitu ringan kita ucapkan.

Kita sering lupa bahwa kata 'nanti' begitu abstrak.
Begitu relatif.
Tanpa batas yang jelas.

'Nanti' adalah sebuah kata yang mudah dan ringan diucapkan.
'Nanti' adalah sebuah kata yang sering menjadi kata 'penenang' yang diberikan oleh orang dewasa kepada anak-anak.
'Nanti' adalah ketidakmampuan kita menjelaskan sebuah kemungkinan atau bahkan kepastian.
'Nanti' yang diterjemahkan sebagai dusta oleh anak.
Dan menjadikannya sebagai 'teladan'.

Berapa banyak kita mengatakan 'nanti' pada anak?
'Nanti' yang tanpa definisi yang jelas.

Tahukah kita,
bahwa sesederhana kata 'nanti' mampu mengantar anak menjadi seorang pendusta.

Astaghfirullah.....

Komentar

Postingan Populer