Tak Seperti Ibu Franklin

Menjelang tidur siang tadi, tiba-tiba Zaki bertanya,"Bunda, kenapa Bunda tidak seperti Ibu Franklin?"

Saya balik bertanya,"Ibu Franklin seperti apa?"

"Tetap mengajak anaknya main, walaupun sibuk bekerja," jawab Zaki

Saya terdiam dan Zaki pun mulai tertidur.

Pertanyaan itu membuat saya mengingat-ingat keseharian kami.
Kesibukan saya dan kegiatan mandiri Zaki.

Selama ini ketika saya sibuk dengan berbagai kegiatan di rumah, dan Zaki memang tenang dengan kegiatannya sendiri.
Baik bermain maupun membaca.
Atau asyik mengutak-atik ini dan itu.
Mungkin karena saya menganggap Zaki sudah mulai besar, hingga keterlibatan saya pada kegiatannya banyak berkurang.
Beberapa kali sehari saat saya sedang sibuk, memang ia memanggil untuk meminta saya melihat ini dan itu atau membantu ini dan itu.
Saya benar-benar menemaninya saat pekerjaan saya sudah banyak yang terselesaikan.
Tapi sungguh, saya baru menyadari bahwa ternyata ada yang 'kosong' pada ruang hati Zaki.

Ah, betapa pengertiannya dirimu, Nak.
Berusaha bersabar pada kesibukan Bundamu ini.
Memendamnya diam-diam hingga Ibu Franklin menyentuh hatimu.
Betapa tak pekanya Bundamu ini, Nak.
Menganggap semuanya baik-baik saja karena kau tampak tenang-tenang saja.

Buku itu saya raih dan buka.
Mencari halaman berisi kata-kata yang menyentuhmu.
Lalu terbaca tulisan-tulisan itu dan ilustrasi yang menggambarkannya.

"Ibu Franklin mau menemani Franklin bermain lempar tangkap bola meskipun sedang sibuk."



Sepertinya saya mulai terlalu sibuk bagi Zaki.
Hingga waktu bermain bersamanya berkurang.

Maafkan Bundamu, Nak.
Semoga kau tak lelah mengingatkanku.

Komentar

Postingan Populer