EMAK 'PEKERJA MALAM'

Sebagian emak-emak, ada yang lebih suka melakukan sebagian pekerjaan domestiknya di malam hari yang sunyi saat semua anggota keluarga sudah tidur.
Saya salah satunya.
Nggak ngantuk?
Nggak capek?
Nggak sebel semua tidur, emaknya malah kerja?
Anak nggak paham pekerjaan rumah dong kalau tahu beres di pagi hari?
Eitsss....
Jangan dibayangkan bahwa seluruh hidup emak akan dihabiskan sebagai 'pekerja malam'.
Jangan dibayangkan bahwa sebagian besar pekerjaan di kerjakan di malam hari.
Jangan dibayangkan wajah emak yang mengantuk dan lelah tapi memaksa bekerja.
Jangan dibayangkan bahwa itu sebuah 'penderitaan'.
Jangan ya.
Setidaknya saya tidak begitu.
Memilih melakukan pekerjaan rumah di malam hari, bagi emak tetap ada syarat dan ketentuan yang berlaku.
Setidaknya, bagi saya.
Dua hal ini yang biasanya jadi pertimbangan utama saya.
Pertama, usia dan kebutuhan anak.
Ketika anak masih bayi, bekerja malam itu sangat membantu. Saat anak terlelap, pekerjaan jadi lebih lancar, insyaallah.
Waktu tidur bisa disesuaikan dengan saat menyusui bayi.
Ketika anak sudah mulai besar, pekerjaan yang dilakukan malam hari dan siang hari disesuaikan dengan kebutuhan anak untuk 'belajar'.
Misalnya, kalau sebelumnya waktu malam lebih dipilih emak mengupas bawang, membersihkan sayuran dan sebagainya agar siap dimasak esok harinya, tapi ketika anak mulai memerlukan stimulasi sederhana yang bisa terakomodir dengan mengupas bawang, maka pekerjaan itu tidak dilakukan di malam hari lagi, tapi 'dikerjakan' bersama anak.
Atau ketika Si Kakak yang sudah mulai besar dan saat ditanya akan membantu pekerjaan rumah apa esok harinya, lalu ia memilih menjemur pakaian milik seluruh anggota keluarga, maka emak akan mencuci di malam hari dan mendelegasikan tugas menjemur pada Si Kakak esoknya.
Jadi, tergantung pekerjaan apa yang akan diperkenalkan atau diajarkan pada anak kami.
Tidak selamanya kan pekerjaan rumah dilakukan seluruhnya oleh emak.
Apalagi di malam hari.
Kedua, kondisi fisik emak.
Saat emak lelah dan mengantuk karena menemani anak-anak seharian, pekerjaan malam dikurangi atau malah diliburkan.
Karena emak yang kelelahan dan super mengantuk akan mudah marah.
Tentu anak akan mungkin jadi pelampiasan kemarahan.
Atau jika esok hari melakukan perjalanan yang mungkin melelahkan.
Istirahat tetap sangat penting.
Tak ada bedanya bekerja malam atau siang hari.
Ini hanya soal mana yang lebih nyaman bagi tiap emak.
Berbeda itu tak masalah.
Lalu, dengan pengaturan seperti itu apakah pekerjaan saya semua beres dan rumah tak berantakan?
Tidak juga sih.
Ini kan tentang proses, bukan hasil.
Eh, ujung-ujungnya Si Emak berdalih lagi.
__________
Sheila Banun, sedang ingin menulis saja.

Komentar

Postingan Populer