CULUN

Suatu hari beberapa tahun yang lalu, Si Kakak sempat bertanya tentang istilah ‘cupu’, ‘culun’ dll.
Saya menjelaskan semampu saya sambil kami bersama-sama mencari foto yang menurut deskripsi orang adalah sesuai istilah yang dimaksud.
Saat itu hampir bersamaan dengan ‘pelajaran’ Si Kakak tentang ‘cyberbullying’.
Qodarullah, foto tentang culun ini ‘membantu’ saya menjelaskan padanya.
Pada hasil pencarian gambar online tentang culun sekitar tahun-tahun itu, ada beberapa swafoto seorang pemuda berambut klimis dengan pose menyamping agak menghadap ke atas dan tangan yang tak memegang kamera diletakkan didagunya.
Saya sangat ingat foto itu karena sering saya temukan saat saya ‘berkelana’ di beberapa ‘forum diskusi alias ngobrol’ untuk sekadar tahu bagaimana sih di sana.
Foto itu sering sekali dipakai di berbagai forum.
Entah sebagai foto profil beberapa orang yang berbeda, atau sebagai bahan ‘olok-olokan’.
Hinaan massal.
Paripurna.
Foto itu saya tunjukkan pada anak saya sebagai penjelasan salah satu cara bully di dunia maya, menghina fisik beramai-ramai.
Saya jelaskan padanya konsekuensi buruk postingan di dunia maya.
Bahkan saat kau tak menyakiti siapapun.
Tak merugikan siapapun.
Si Kakak paham.
Pembekalan panjang saya pada Si Kakak tentang dunia maya mungkin tampak terlalu berlebihan, tapi itu tanggungjawab kami sebagai orangtua.
Hari ini, saya mengingat proses belajar ‘cyberbullying’ Si Kakak karena beberapa minggu ini saya sempat melihat postingan foto pemuda yang berbeda dengan gaya berbeda dan diposting oleh orang-orang yang berbeda tapi dengan ‘caption’ senada,
“Abang terlalu tamvan untuk: ........”
Lalu dilanjutkan dengan daftar nama perempuan yang ditolak.
Ah, tidak tahukah saudari-saudariku, Sayang?
Ini Bullying.
Kalau kalian sebagai ibu tak paham, bagaimana mengajarkannya pada anak-anak kalian?
Bagaimana memutuskan mata rantai bullying?
Sungguh, saya prihatin.
Yuk, sama-sama belajar.
Belajar boleh kok dari kesalahan kita.
Kita tak harus sempurna, tapi sebaiknya mau berusaha menjadi lebih baik.
Biidznillah.
_____________
Sheila Banun, menulis agar sama-sama belajar.

Komentar

Postingan Populer