MENAHAN 'TEKANAN SOSIAL'

Beberapa hari lalu, saya 'ngobrol' dengan seseorang, sebut saja Fulanah, di sela tugas saya momong Si Kecil yang berlarian ke sana kemari.
Obrolan ala emak-emak.
Tentang keuangan rumah tangga.
Entah pada titik apa awalnya, Fulanah bercerita tentang obrolannya dengan suaminya, lalu ia berkata dengan nada menghibur diri sendiri,
"Nggak apa-apa, ******* (menyebut posisi rumah saya dari rumahnya) juga belum punya mobil."
Hmmm...
Saya diam dan tersenyum.
Tampaknya, tak punya mobil di antara lingkungan atau keluarga besar yang mayoritas punya mobil, bisa berat bagi sebagian orang.
Saya yang termasuk 'cuek' tentang hal-hal seperti itu mungkin tak paham tekanan yang dirasakannya.
Maka saya diam.
Tadi pagi, terbaca oleh saya berita yang lewat di beranda Facebook.
Sebuah transkrip pembicaraan suami istri yang entah asli atau palsu.
Transkrip berisi kemarahan istri yang sangat kasar hingga menyebut binatang berkali-kali pada suaminya.
Istri yang berkali-kali menyebut dirinya cantik dan berkarier itu, malu pada sekitarnya karena bermobil 'odong-odong'.
Ia ingin mobil bagus.
Sebenarnya, bukan istri saja yang seperti itu.
Ada suami-suami yang juga tak tahan 'tekanan' sejenis itu.
Jabatan belum tinggi, belum punya rumah dan kendaraan, atau hal lainnya.
Pada anak-anak pun, ada 'tekanan' mirip itu.
Ketika teman punya spinner, ia ingin.
Ketika teman yang masih anak-anak punya HP, ia ingin juga.
Dan sebagainya.
Tampaknya bagi mereka, 'tekanan' di sekitar itu berat, Jendral!
Sungguh berat.
Terus terang, saya tak bisa benar-benar paham tekanan yang mereka rasakan.
Masa remaja saya sudah terbiasa pada keterbatasan ekonomi.
Terbiasa menahan keinginan.
Alhamdulilah, saya merasa seperti Allah mendidik saya langsung dengan keadaan.
Saya mungkin 'beruntung' Allah memberi kondisi yang mengharuskan saya berlatih menahan diri.
Tapi, sekarang ini banyak anak yang tumbuh dalam keluarga yang cukup bahkan berlebih secara ekonomi.
Tumbuh tanpa kesulitan hidup.
Ini PR bagi orangtua termasuk saya, untuk 'mengajarkan' ketahanan diri menghadapi 'tekanan'.
Tekanan menjadi berbeda dari yang lain.
Tekanan karena tak memiliki sesuatu seperti milik orang lain.
Dan sejenisnya.
Adalah penting anak mampu menahan keinginan, menguatkan diri menjadi berbeda, dan memahami kemungkinan tekanan apa yang akan ia hadapi kelak dari lingkungan
Sungguh, melatih anak berjuang dan menahan keinginan adalah menyiapkan pribadi yang tangguh di masa depan.
Insyaallah.
Semoga Allah memudahkan.
____________
Sheila Banun, mencoba memetik hikmah dari sekitar.

Komentar

Postingan Populer