Tentang Menangis

Dulu, sebagai Si Sulung, saya pernah mendidik diri saya sendiri dengan 'keras'.
Dalam kesulitan ekonomi keluarga, saya pernah melarang diri saya sendiri menangis.
Apapun yang terjadi, saya selalu berusaha ceria.
Hingga seorang teman kuliah pernah berkata,
"Kalau ini nih, enak terus."
Saya tersenyum.
Tapi ada satu sahabat yang bisa membedakan jenis tawa saya.
Dia tahu bahwa saat itu seharusnya saya menangis, bukan tertawa.
Dia yang terbiasa main ke tempat kos, tahu bahwa di depan meja belajar saya ada satu kertas dari banyak kertas penyemangat yang saya tempel bertuliskan 'Be A Strong Girl!'
Suatu hari saya menonton sebuah film yang bercerita tentang sebuah keluarga.
Ayah mereka sedang pergi ketika beberapa buronan memasuki rumah mereka.
Ibu, dua anak laki-laki, dan seorang anak perempuan dirudapaksa oleh buronan-buronan itu.
Setelah buronan itu pergi, meski baru saja mengalami peristiwa yang sangat berat, dengan tubuh sempoyongan, Sang Ibu meminta anak-anaknya membereskan 'kekacauan' yang terjadi.
Mereka juga dipaksa untuk berhenti menangis, agar ayah mereka tak tahu apa yang baru saja terjadi.
Ayah mereka sangat pemarah, Sang Ibu kuatir suaminya melakukan tindakan tanpa perhitungan sementara mereka sedang kesulitan ekonomi.
Alkisah, waktu berlalu dan mereka sudah dewasa.
Ayah sudah meninggal.
Anak sulung, laki-laki, depresi dan akhirnya bunuh diri.
Adik Si Sulung kembar lelaki dan perempuan.
Yang lelaki ini, sebagai tokoh utama, sudah menikah dan menjadi orang yang 'dingin' tanpa emosi hingga hubungan dengan keluarganya tak harmonis.
Ia tak pernah menangis sejak peristiwa buruk itu.
Yang perempuan, berulang kali mencoba bunuh diri meskipun tak berhasil.
Ia depresi berat.
Keduanya, harus rutin konsultasi ke psikiater.
Akhir cerita, mereka berlatih kembali mengeluarkan emosinya dan berhasil.
Mereka sudah menjadi lebih 'manusiawi'.
Ternyata, sahabat saya juga menonton film yang sama di televisi. Dan dia teringat pada saya saat menontonnya.
Ia teringat pada saya yang berusaha tak pernah menangis.
Kami membahasnya keesokan harinya dan menyimpulkan bahwa menangis itu penting.
Sekian.
_________
Sheila Banun, hanya ingin berbagi dan bersama-sama memetik pelajaran.
Bukan untuk menjaring banyak 'like' dan 'share' atau untuk jadi terkenal.

Komentar

Postingan Populer