JONGGOL

Akhirnya, 'Jonggol' masuk ke rumah kami.
Tepatnya 'Jonggon', karena itu yang didengar oleh Z.
Tapi penggunaan keduanya sama.

Awalnya, Z bertanya,"Bunda, Jonggon itu apa?"
"Mas Z dapat darimana, Nak?" tanya saya.
"Dari teman", jawabnya.
"Mungkin Jonggol", tebak saya karena teringat teman-teman di facebook pernah membahasnya.
"Bukan, Jonggon!, tegas Z.
"Kalimatnya bagaimana?" lanjut saya.
"Kamu darimana? Dari Jonggon", jelas Z.
"Maksudnya tempat ya? Darimana atau kemana?" tanya saya lagi.
"Ya. Padahal sebenarnya dia nggak dari Jonggon. Maksudnya sih bercanda", kata Z.
"Mas Z masih ingat kan, bahwa tidak boleh berdusta meskipun bercanda", saya mengingatkannya.
"Tidak boleh diikuti, ya" lanjut saya.
Z diam. Sepertinya ia ingat.
Tapi, ia ingin menawar,"Nggak apa-apa dong, Bunda."
"Kok nggak apa-apa?" tanya saya.
Z diam dan tersenyum.

Sepertinya, obrolan masih akan berlanjut suatu saat.
__________________

"Aku menjamin sebuah rumah di dasar surga bagi siapa yg meninggalkan debat meskipun ia benar,
sebuah rumah di pertengahan surga bagi siapa yg meninggalkan dusta meskipun bergurau,
dan sebuah rumah di surga paling tinggi bagi siapa saja yg berakhlak baik."

(HR. Abu Dawud)


Komentar

Postingan Populer