Kesalahan dalam Komunikasi Sehari-hari: Tidak Pernah Sempat Membaca Bahasa Tubuh Anak dan Mendengarkan Perasaan

Narasumber: Ibu Elly Risman, dalam program Smart Parenting di Smart FM,  5 Nopember 2014


Suatu hari.....

Anak pulang sekolah
muka cemberut,
pintu dibanting,
lempar tas,
lempar sepatu.

Lalu berkata dengan nada kesal,"ASSALAMU'ALAIKUM!"

Apa reaksi ibu?

Ibu marah dan mengomel,"KAMU INI PULANG SEKOLAH MARAH-MARAH! TAS DAN SEPATU DILEMPAR-LEMPAR! MAMA INI JUGA CAPEK! BUKAN KAMU AJA YANG CAPEK!"

Lalu apa yang terjadi pada anak?
Anak kaget, takut, lalu masuk kamar.

Tahukah perasaan anak sebenarnya?
Apakah familiar dengan situasi itu?
Apakah komunikasi berlanjut?

TIDAK!

Sebenarnya, pesan apa yang dikirim oleh anak itu dengan cara melempar tas dan sepatu?

Kesal, jengkel, marah.

Itulah yang sebenarnya anak rasakan.

Kita tidak bisa menangkap perasaan anak sebenarnya karena kita tergesa-gesa marah hingga kita tidak sempat membaca bahasa tubuh anak.
Ibaratnya, seperti mengirim sms tapi tak terkirim atau tidak  terbaca.
Emosi anak tidak tersalurkan


Ketika pagi hari saat anak akan berangkat sekolah.....

Tergesa-gesa.
Ibu berkata atau berteriak,

"Cepat Mandi!"
"Makannya yang cepat! Kamu lelet amat, sih!"

Apa yang ditangkap oleh anak?

Kalimat perintah dan merendahkan anak.

Bagaimana seharusnya?
- Tidak panik
- Nada suara tidak tinggi.

Jadi, pelajaran apa yang didapat oleh anak?

Anak hanya diajari (dicontohkan) cara bicara tapi tidak diajari cara mendengar.
Sampai nanti menikah, ia tidak terbiasa mendengar pasangannya.
Apalagi mendengarkan anaknya.


Apa yang dirasakan anak saat itu?

Membuat ia tergesa-gesa
Anak jadi stress.
Perasaan yang muncul bingung, marah, tidak menentu yang menumpuk-numpuk perasaan negatif.

Limbik (bagian di otak) bisa kita sebut sebagai 'Rumah Cinta', tempat otak menyimpan motivasi.

Rumah Cinta tidak didesain untuk menahan stress yang berlama-lama..

Dari limbik dikirim ke Cortex.
Terjadi ketegangan yang tinggi sehingga bisa mengakibatkan syaraf terputus.
Berulangkali dan setiap hari.

Anak menjadi kehilangan motivasi dan tidak bersemangat.
Akibatnya kelak bermasalah dengan pasangan dan anak.

Saat kita mengomel pada anak, anak menunjukkan ekspresi wajah cemberut, gerak bahu terangkat, alis mata menyatu, tatapan mata kesal, cuping hidung kembang kempis, dan lain-lain.
Kalau melihat anak kita seperti itu, hentikan bicara!

Hal yang lebih penting dari itu, perhatikan bahasa tubuh kita.
Karena anak bisa mencontoh.

Dengan tubuh anda, anda sedang mengirim pesan apa?

Kontrol bahasa tubuh.

Bahasa tubuh bicara lebih lantang dari kata-kata.
Bahasa tubuh adalah bahasa yang paling jujur.
Ia bicara apa yang ada di hati kita.
Bahasa tubuh tidak pernah berbohong.
Suara (nada atau tekanannya) juga termasuk bahasa tubuh.

Bahasa tubuh apa yang dicontoh anak?


Ayo buka perasaan di balik bahasa tubuh anak kita.
Buka saluran emosi anak.
Jangan biarkan emosi negatif bertumpuk-tumpuk tak tersalurkan.


Penting untuk meminta maaf pada anak.
Meminta maaf berguna untuk:
§  Menurunkan marah
§  Anak jadi belajar bahwa kalau salah itu minta maaf dan ini akan ia lakukan juga pada pasangan.
§  Kita membuat anak merasa berharga


Yuk, baca bahasa tubuh!

Misalnya, melengos, lihat dinding atau buang muka
> artinya, kesal, marah, atau tidak suka


Jika kita tidak memperbaiki cara komunikasi kita dengan anak, maka anak tidak ada koneksi rasa dengan orangtuanya.
Menurut anak,"Rasaku terlalu sering tidak diperhatikan."

Lazy Mind diproduksi di rumah kita


Mengapa anak sangat emosional?
Karena tumpukan emosi mereka bertumpuk-tumpuk bertahun-tahun tidak tersalurkan.


Cara orangtua menghindari marah saat menghadapi anak:
§  Tarik nafas lalu berhenti sejenak
§  Panggil anak. Sentuh kepala atau bahu anak. lalu tanya pada anak,"Kamu butuh jiwa Mama sekarang atau bisa ditunda?"



Kalau kita ingin anak kita mampu mengelola emosi, kita harus melatih diri kita mengelola emosi kita.

___________________
Rangkuman berdasarkan keterbatasan pendengaran dan daya tangkap saya. Semoga tidak salah.


Komentar

Postingan Populer