(MASIH) TENTANG HELM

"Bundaaa, boleh ya Mas Z naik sepeda tanpa helm. Di halaman masjid aja", pinta Z dengan ekspresi wajah diantara kepatuhan dan memelas.
"Teman-teman Mas Z nggak ada yang pake helm. Orang-orang dewasa yang naik motor ke masjid itu juga nggak pake helm", lanjut Z dengan wajah sedihnya.
Nak, Bunda sebenarnya juga tidak tega melihat ekspresi wajah memelasmu dengan beban yang tampak berat itu.
Bunda paham beratnya dirimu menjadi satu-satunya pengguna helm di lingkungan sekitarmu.
Menjadi berbeda bagi seorang anak bertahun-tahun itu memang berat, Nak.
Sungguh, Bunda paham.
Bunda juga paham jika sesekali kau mencoba tak memakai helm sebentar atau beberapa meter saja.
Meskipun tampak rasa bersalah diwajahmu setelahnya.
Mungkin, akan mudah bagimu jika bunda membantu dengan membuat komunitas sadar helm atau sejenisnya.
Mungkin, akan mudah pula bagimu jika sesekali kami mengijinkanmu tak mengenakan helmmu.
Tapi Nak, kami berusaha melatihmu menjadi berani berbeda dalam hal yang benar.
Kami berusaha melatihmu menjadi peka pada keamanan.
Meski kami tahu, kau masih meniru banyak hal lain dari luar dirimu.
Peluk saja kami, Nak.
Jika jalan ini berat bagimu.
Jalan kebaikan untuk dirimu dan semoga untuk teladan bagi sekitarmu.
Bangsa Indonesia masih butuh belajar tentang keamanan dan keselamatan.
Semoga kau bisa menjadi contoh, Nak.
Dimulai dari helm.
Baarakallahu fiik...

Komentar

Postingan Populer