CERMIN SI 'SENGGOL BACOK'

Anak pulang ke rumah marah-marah, lempar barang atau banting pintu.
Orangtua langsung marah,
"Ngapain sih pulang-pulang marah-marah banting-banting!"
Padahal, Si Anak sedang mengekspresikan kekesalan yang didapat di luar dan ingin ditanya, didengar atau dimengerti, orangtua tak paham.
Orangtua reaktif.
Mainan tampak rusak padahal baru beli.
Orangtua mengomel pada anak,
"Mainan itu belinya pakai duit!"
Padahal, Si Anak baru saja selesai menggunakan mainan itu untuk sebuah eksperimen yang berisiko rusak.
Orangtua reaktif.
Adik menangis di dekat Kakak.
Orangtua bertanya setengah menuduh,
"Diapain aja sih, adiknya?"
Padahal, Si Adik menangis karena ingin sesuatu milik kakaknya, tapi belum bisa bicara, jadi menangis.
Orangtua reaktif.
Anak makan sangat lambat.
Orangtua marah lagi,
"Lama banget makannya. Nanti terlambat. Makannya jangan sambil main atau baca."
Padahal, anak sedang kesulitan mengunyah karena gigi susunya ada yang mau lepas, jadi takut tertelan.
Orangtua reaktif.
Anak pertama kalinya lupa mengerjakan PR, sementara kalau tak segera berangkat maka akan terlambat.
Orangtua marah lagi dan lagi,
"Kenapa bisa lupa PR? Ngapain aja seminggu ini?"
Padahal, orangtua lebih sering lupa.
Padahal juga, Allah memaafkan hambanya yang lupa.
Eh, orangtua kok marah anak lupa?
Orangtua reaktif.
Lagi.
Lagi.
Dan lagi.
Anak belajar dari orang tua dalam menghadapi atau menyelesaikan masalah.
Orangtua yang reaktif menciptakan generasi reaktif.
Orangtua yang reaktif bisa melahirkan generasi 'senggol bacok', 'senggol balas', atau minimal 'senggol ngomel'?
Kadang juga 'senggol dendam', panggil teman keroyokan untuk balas.
Padahal, bisa jadi 'senggol' yang benar-benar tak disengaja.
Tak percaya lagi pada penjelasan.
Pokoknya, balas!
Dan ironisnya,
anak sedang meneladani orangtua.
Cermin itu benar-benar jelas.
Astaghfirullah.

Komentar

Postingan Populer