🌷🌴🌱 BAYI 'BERKEBUN' 🌷🌴🌱

Kapan anak mulai dikenalkan dengan berkebun?
Jawaban saya,"Saya tidak tahu."
Lho?
Ya, saya tidak tahu.
Saya belum pernah meneliti.
Jadi, saya tak punya penjelasan ilmiah.
Awal bayi kami mulai 'mengenal kebun' dan kemudian 'mengenal berkebun', sebenarnya bukan didasari atas alasan idealis, stimulasi sensori di alam, menjadikannya natural baby bla bla bla bla bla atau sejenisnya.
Alasan awal kami adalah karena kami tak punya benda yang tepat di rumah yang bisa digunakan oleh Si Bayi sebagai pegangan saat belajar berdiri dan berjalan.
Di dalam rumah, kami duduk serba lesehan.
Tak ada sofa di ruang tamu.
Tak ada satu set meja kursi untuk makan.
Jadi, yang bisa digunakan oleh Si Bayi untuk belajar berdiri dan berjalan hanya dinding.
Solusi pertama yang terbayang di benak saya saat itu adalah memanfaatkan potongan drum yang digunakan untuk menanam tabulambot di halaman. Bahan, tinggi, dan bentuk drum cukup pas untuk Si Bayi. Itulah alasan awal 'melepas' Si Bayi di halaman tanah tanpa alas kaki.
Alasan yang tak idealis sama sekali, bukan?
Setelah rutin bermain di halaman, Si Bayi menjadi sangat suka berada di halaman. Mungkin hampir semua anak di dunia memang suka bermain tanah, air dan banyak benda di halaman.
Jadwal Si Bayi bermain di kebun mungil kami adalah saat sebelum mandi pagi dan sore.
Alasannya, Si Emak tidak mau kerja dua kali. Si Bayi sekalian kotor, lalu mandi.
Lagi-lagi bukan alasan idealis semisal, bahwa pagi hari udara sangat sehat, matahari bersinar cerah dan seterusnya.
Hanya alasan kepraktisan semata.
Karena saya tetap emak biasa seperti yang lain.
'Human tend to be greedy', katanya entah siapa.
Human?
Eh, mungkin cuma saya.
Saya terlalu mengeneralisir.
Ditambah manfaat yang saya lihat dengan melepas Si Bayi di kebun, maka mulailah saya mencari tulisan-tulisan terkait bayi atau anak berkebun.
Dan kemudian mulai pula benak saya berkata,
"Wah, bisa untuk stimulasi ini itu, untuk sensori ini itu, pengenalan ini itu dan bla bla bla bla bla."
Mulailah ada niat aneka stimulasi yang pas dengan 'tend to be greedy' itu.
Alhamdulillah, masih berupa niat.
Biarlah Si Bayi menikmati bahagianya di kebun tanpa digegas.
Tanpa stimulasi yang 'sangat sengaja' pun, berada di kebun dan melihat keluarganya berkebun, bayi sudah menampakkan perkembangan positif.
Biarlah kemampuan Si Bayi mengalir seirama siraman air yang ia tuang untuk para tanaman.
Membiarkan ia mencintai alam secara alami.
Baarakallahu fiik.


Komentar

Postingan Populer