BAHASA

Ada pendapat bahwa kuatkan bahasa Ibu lalu bahasa asing.
Agar anak benar-benar menguasai bahasa ibunya.
Dan agar anak tak bingung bahasa.
Ada juga pendapat bahwa otak mampu menerima banyak bahasa sejak kecil.
Anak mungkin akan bingung bahasa sampai umur lima tahun, setelahnya ia mampu menempatkan kata di tiap bahasa.
Contohnya, orang Indonesia punya dan menggunakan bahasa Indonesia dan banyak bahasa daerah yang bahkan bertingkat-tingkat berdasarkan pada siapa berbicara.
Eh, dilarang berdebat di sini.
Terserah pilihan anda.
Kalau percaya diri pada pilihan sendiri, tak usah mendebat pilihan orang.
Fokus saja ya.
Kalau kami?
Kami cuma bisa berbahasa Indonesia ke anak.
Tak pandai berbahasa lain.
Jadi, komunikasi cuma dengan bahasa Indonesia.
Tapi, buku-buku di rak dominan bahasa Indonesia dan Inggris.
Arab, Mandarin, dan Korea ada beberapa.
Entahlah, jumlahnya sekitar belasan atau lebih masing-masing bahasa.
Bahasa lain yang ada sedikit German, Belanda, Rusia, Jepang dan Turki.
Mungkin ada bahasa yang lain tapi saya lupa.
Kebanyakan buku anak-anak.
Bukan pamer buku, jangan salah sangka.
Apa gunanya pamer.
Dosa banyak, amal tak seberapa.
Nah, anak kami bisa mengambil buku dengan bahasa apa saja dan minta dibacakan.
Kalau saya bisa, saya bacakan.
Kalau tidak bisa, saya tawarkan pengganti.
Entahlah, kami masuk kategori apa.
Yang jelas, anak-anak suka buku dan memilih bukunya sendiri.
Itu saja.
___________
Sheila Banun, ibu yang fakir ilmu.
Catatan:
Kalau mau mengkritisi, silakan membuat tulisan di beranda blog sendiri.
Siapa tahu terbaca oleh saya.
Jangan di sini.
Bukan tak mau menerima kritik tapi tak mau ramai saja.
Atau kirim pendapat anda di jalur pribadi.
Dengan senang hati saya terima.

Komentar

Postingan Populer