Rangkuman Smart Parenting – Smart FM, 15 Oktober 2014

Pembicara: Ibu Elly Risman
(Ringkasan berdasarkan penangkapan telinga saya. Semoga saya tak salah menangkap)
“Oh, ibu dan ayah, selamat pagi
Kupergi sekolah sampai kan nanti
Selamat belajar nak penuh semangat
Rajinlah selalu tentu kau dapat
Hormati gurumu, sayangi teman
Itulah tandanya kau murid budiman”
Begitu lirik lagu anak-anak dulu.
Adakah orangtua sekarang berpesan,”Hormati gurumu, sayangi teman?”
Kasus kekerasan anak di sekolah yang terjadi di Bukit Tinggi, anak ini kemana orangtuanya?
Mengapa seperti itu cara anak meluapkan emosi?
Mengapa tak punya belas kasihan?
Apakah orangtuanya tidak mengajari menyayangi anak perempuan?
Kasus Tanjung Pinang, siswa yang melaporkan tentang teman-temannya menonton video lalu mempraktekkannya di kelas, dikabarkan malah tertekan.
Seperti kasus Alif di Surabaya.
Ada juga yang hanya karena es, tega membunuh temannya.
Pada kasus Bukit Tinggi, kalau dilihat dari pukulan dan tendangannya, itu bukan yang pertama ia lakukan.
Anak-anak sudah bukan ’nakal’ lagi, tapi sudah 'jahat'.
Kenapa?
Ada apa dengan anak-anak kita?
Hanya karena masalah kecil tega membunuh atau melakukan kekerasan.
Penyelesaian kita selama ini hanya seperti pemadam kebakaran.
Hanya memadamkan api, tapi tidak memikirkan bagaimana dengan sisa-sisa kebakaran.
Semuanya selesai dengan musyawarah.
Lalu, bagaimana menyembuhkan trauma korban yang mendalam?
Korban dan pelaku butuh terapi.
Seharusnya perlu penelitian. Perlu Need Assessment.
Apakah disebabkan karena beban belajar yang terlalu berat atau kurangnya waktu bermain?
Apa yang seharusnya dilakukan oleh guru dan orangtua?
Tanpa penelitian, kita tak akan sampai pada masalah sebenarnya.
Saat ini, dengan beredarnya video tentang kekerasan anak SD itu, yang harus dilakukan orangtua adalah, jangan biarkan anak melihat tayangan itu. Karena mungkin saja otak anak sebenarnya sudah mulai rusak karena pornografi.
Dikhawatirkan, anak malah akan menirunya.
Sebenarnya, pada anak, yang berkembang terlebih dulu adalah perasaannya, tapi kita terlalu mendahulukan kognitifnya.
"Jangan kau cabut anakmu dari dunia bermainnya terlalu cepat, karena kau akan menemukan orang dewasa yang kekanak-kanakan."
Kita sudah melangkahi tahapan perkembangannya.
Orangtua ingin punya anak yang berhasil, tapi belum apa-apa anak sudah ‘terbakar’.
Orangtua harus merubah paradigma!
_________
Jika kita seorang guru, bagaimana mengisi kekosongan jiwa anak yang disebabkan oleh orangtuanya?
Yang perlu kita lakukan adalah memutuskan sambungan anak tentang kekesalan, amarah, dan sebagainya.
Caranya dengan:
- Banyak memeluk anak tersebut.
- Mencoba membaca bahasa tubuh dan menebak perasaannya.
Misalnya: “Cinthia sepertinya sedang kesal ya?”
Barangkali anak sedang kesal karena dimarahi ibunya.
Contoh yang salah: “Jangan gitu dong! Masak di sekolah marah-marah!”
Anak akan makin marah.
- Emosi anak harus disalurkan.
Misalnya: “Boleh ibu guru dengarkan kenapa kamu marah?”
________
Bagaimana mendidik anak laki-laki usia14 tahun?
Anak laki-laki 14 tahun itu:
- Sexually Act
- Perubahan hormon mempengaruhi perubahan emosi.
- Harus diajarkan bagaimana menjadi laki-laki. (Seharusnya sejak umur 7 tahun)
- Membutuhkan idola dari jenis kelamin yang sama (ayah).
Disiplin bisa ditanamkan dengan kasih sayang, sehingga anak tidak dendam.
Mengasuh anak adalah membentuk kebiasaan dan meninggalkan kenangan.
Jika anak diasuh dengan kekerasan, ia akan mungkin mengasuh cucu kita dengan kekerasan.
____________
Kenangan apa yang akan ditinggalkan agar anak tidak jadi korban?
Menanamkan percaya diri dan menerima pendapatnya.
Agar anak tidak menjadi korban bully atau mampu menghadapi bully, yang kita lakukan terhadap anak kita adalah:
- Pengasuhan yang baik.
- Memahami perasaan anak.
- Mengajari anak bagaimana bersikap saat dibully.
- Melakukan Role Play (bermain peran). Mempraktekkan apa yang harus dilakukan jika terjadi bully.
Ketrampilan apa yang hilang. Menghindar, membela diri dan sebagainya.
Bagaimana cara berteriak dan melaporkan.
- Meyakinkan anak bahwa kita mencintainya seutuhnya apa adanya dan anak percaya pada kita.
- Ekspresikan dengan kata-kata.
____________
Penyebab masalah anak:
- Anak korban kekerasan dalam rumah tangga:
> Kurangnya kelengketan dengan ibunya (orangtuanya).
> Orangtua sering teriak marah-marah.
> Kelelahan fisik di sekolah.
- Orangtua.tidak siap jadi orangtua. Ingin segera ‘melepas’ pengasuhan. Mengsubkontrakkan pada pihak lain.
Yang lebih tidak siap adalah ayah. Kita terbiasa dengan doktrin bahwa, ayah bekerja dan ibu mengasuh anak.
Parentless Country.
Anak didorong masuk sekolah secepatnya bahkan anak berumur kurang dari 7 tahun. Dengan beban pelajaran yang terlalu banyak.
Anak mengalami BLAST (Boring, Lonely, Angry, Stress, and Tired). Kegiatan anak padat. Sekolah dan berbagai les. Hampir tidak ada istirahatnya.
- Anak tidak disiapkan untuk baligh.
> Emosi kacau. Emosi sedikit, langsung menyerang.
Kekerasan memang ada sejak jaman Nabi Adam, tapi jaman sekarang ‘diperparah’ dengan teknologi. Semakin banyak dan mudah mendapatkan gambar bersuara dan bergerak.
__________
Pornografi di Indonesia kalau diperhatikan seperti mastermind.
Dimulai dari mahasiswa dalam kasus Itenas. Kemudian tahun-tahun berikutnya adalah anak SMA. Lalu anak SMP, sampai dengan Oktober 2013. Setelah itu mulai terjadi pada anak SD.
Apakah kita menunggu dilakukan anak TK baru bergerak?


Komentar

Postingan Populer